Rabu, 23 Desember 2009

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang berperan penting dalam suatu bangsa atau negara. Karena suatu bangsa atau negara dapat dikatakan maju jika salah satu cirinya yaitu memiliki sistem pendidikan yang mapan. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pembelajaran, sebagaimana yang tercantum dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa :

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara .

1

Pendidikan tidak lepas dari proses belajar-mengajar (PBM), yang didalamnya mencakup empat komponen yang ada yaitu tujuan, bahan, metode dan alat serta penilaian. Keempat komponen tersebut merupakan komponen utama yang harus dipenuhi dalam PBM. Secara sistematis keempat komponen tersebut dapat digambarkan pada diagram berikut:

Gambar 1 : Interelasi Komponen Pengajaran

Sumber : (Nana Sudjana, 2002 : 30)

Tujuan merupakan komponen utama yang harus ditetapkan dalam proses pengajaran dan berfungsi sebagai indikator keberhasilan pengajaran. Tujuan ini pada dasarnya merupakan rumusan tingkah laku dan kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki siswa setelah ia menyelesaikan pengalaman dan kegiatan belajar dalam proses pengajaran. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan dalam pengajaran, salah satunya adalah cara penyampaian atau lebih dikenal dengan istilah metode.

Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur, baik secara individu maupun kelompok agar pelajaran dapat diserap, dipahami, dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik. Makin baik metode yang digunakan dalam mengajar, makin efektif pula pencapaian tujuan. Sedangkam menurut Slameto (2003 : 82), metode mengajar merupakan cara atau jalan yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tujuan tetentu, dalam pembelajaran metode digunakan dengan tujuan mendapatkan pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan.

Dalam pendidikan sekolah, guru memegang peranan penting dalam PBM. Oleh karena itu guru harus pandai dalam menciptakan suasana belajar-mengajar yang efektif dan efisien. Salah satu hal penting yang harus diperhatikan oleh guru adalah penggunaan metode yang tepat dalam PBM. Metode yang digunakan dalam pengajaran haruslah bervariasi, namun dalam kenyataanya guru seringkali menggunakan metode yang bersifat monoton, sehingga menimbulkan suasana belajar yang kurang efekif dan cenderung lebih membosankan bagi siswa, seperti halnya guru hanya memberikan tugas kepada siswanya berupa soal-soal yang ada di lembar kerja siswa (LKS) atau yang ada di buku paket. Hal demikian akan menimbulkan rasa jenuh dan bosan bagi siswa.

Menyadari hal tersebut, peneliti mencoba memberikan pengajaran dengan menggunakan metode pemberian tugas (resitasi) yaitu dimana murid diberi tugas diluar jam pelajaran. Dalam hal ini peneliti menerapkan metode pemberian tugas berupa kliping pada konsep pencemaran lingkungan di SMA NU Juntinyuat Kabupaten Indramayu, dengan tujuan agar siswa dengan sendirinya dapat belajar dan menambah wawasan, karena kliping merupakan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan beberapa berita atau artikel yang didapat dari media cetak seperti koran, majalah, ataupun internet. Adapun konsep yang dipilih pencemaran lingkungan, karena dengan mencari berita atau info yang berkaitan dengan pecemaran lingkungan diharapkan dapat menambah pemahaman serta wawasan bagi siswa, di samping itu juga mengingatkan siswa akan pentingnya untuk menjaga lingkungan dan melestarikannya.

Dengan penerapan metode pemberian tugas kliping pada konsep pencemaran lingkungan di SMA NU Juntinyuat Kabupaten Indramayu, diharapkan dapat digunakn sebagai alternatif untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam PBM serta memberi pemahaman bagi siswa.

B. Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

a. Wilayah kajian dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran.

b. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

c. Jenis masalah dalam penelitian ini tentang penerapan metode pemberian tugas kliping dan hubungannya dengan hasil belajar pada konsep pencemaran lingkungan di SMA NU Juntinyuat Kabupaten Indramayu.

2. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah guna membahas permasalahan tersebut agar lebih mendalam. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Penerapan metode pemberian tugas kliping pada konsep pencemaran lingkungan, yang meliputi pencemaran udara, air, tanah dan suara di kelas X semester 2.

b. Hasil belajar siswa yang diperoleh dari hasil pre-test dan post-test.

c. Hubungan penerapan metode pemberian tugas kliping dengan hasil belajar siswa.

3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka dapat dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

A. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa pada konsep pencemaran lingkungan dengan menerapkan metode pemberian tugas kliping pada kelas eksperimen dan kelas kontrol?

B. Seberapa besar hubungan penerapan metode pemberian tugas kliping dengan hasil belajar siswa pada konsep pencemaran lingkungan?

C. Seberapa besar tanggapan siswa terhadap metode panerapan tugas kliping pada konsep pencemaran dalam PBM?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui perbedaan hasil belajar siswa pada konsep pencemaran lingkungan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2. Mengkaji hubungan penerapan metode pemberian tugas kliping dengan hasil belajar siswa pada konsep pencemaran lingkungan.

3. Mengkaji tanggapan siswa dengan diterapkannya metode pemberian tugas kliping pada konsep pencemaran.

D. Manfaat Penelitian

1. Diterapkannya metode pemberian tugas kliping dapat menjadi alternatif untuk mengatasi masalah dalam PBM dengan tujuan menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien.

2. Dapat menciptakan pembelajaran yang efektif bagi siswa, sehingga dapat memaksimalkan hasil balajar siswa pada konsep pencemaran lingkungan.

3. Dapat memberikan kontribusi dalam pencepaian tujuan kurikulum yang terwujud dalam PBM di sekolah.

E. Kerangka Pemikiran

Didalam proses belajar mengajar, cara atau metode mengajar yang digunakan haruslah tepat dan sesuai, karena dengan demikian seorang guru akan lebih mudah menyampaikan materi kepada siswa, begitu pula sebaliknya siswa diharapkan untuk lebih mudah menguasai materi tersebut.

Dalam proses perkembangan pendidikan di Indonesia bahwa salah satu hambatan yang menonjol dalam pelaksanaan pendidikan ialah masalah metode mengajar. Metode tidaklah mempunyai arti apa-apa bila terpandang terpisah dari komponen lainnya. Metode hanya penting dalam hubungannya dengan segenap komponen lainnya seperti tujuan, situasi dan lainnya. (Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo, 2005 : 52).

Untuk dapat menciptakan proses belajar mengajar yang baik, salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan variasi metode. Pada prosesnya, kita dapat memberikan beberapa metode pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode pemberian tugas (resitasi). Dalam hal ini metode pemberian tugas dikhususkan pada pemberian tugas kliping yang bertujuan untuk memaksimalkan hasil belajar siswa.

Belajar tidak hanya dapat dilaksanakan didalam kelas, tetapi juga dapat dilakukan di luar kelas seperti halnya dirumah pada saat mengerjakan tugas dari guru, Karena belajar bukan hanya yang terjadi di sekolah-sekolah. Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri seorang berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya.

(Moh. Uzer Usman, 2005 : 5).

Dengan mengerjakan tugas kliping, siswa dengan sendirinya akan melakukan kegiatan yang biasa disebut dengan belajar, karena didalamnya terjadi perubahan yang berarti. Setelah mengalami proses belajar, akan mengalami perubahan tingkah laku baik aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari yang tidak bisa menjadi bisa, tidak mengerti menjadi mengerti, dari ragu-ragu menjadi yakin dan tidak sopan menjadi sopan. Adapun kriteria keberhasilan dalam belajar diantaranya ditandai dengan terjadinya perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar.

(Moh. Uzer Usman, 2005 : 5).

Perubahan tingkah laku bukan dilihat dari perubahan sifat-sifat fisik, seperti tinggi badan, berat badan, kekuatan fisik, misalnya untuk mengangkat, yang terjadi sebagai suatu perubahan fisiologis dalam besar otot. Semua perubahan ini tidak termasuk belajar. Adapun perubahan-perubahan dari hasil belajar diantaranya seperti perilaku berbicara, menulis, bergerak, dan lainnya memberi kesempatan kepada manusia untuk mempelajari perilaku. Perilaku seperti berfikir, merasa, mengingat, memecahkan masalah, berbuat kreatif dan lain-lainnya. (Syaiful Sagala, 2006 : 37-38).

Metode pemberian tugas kliping diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami suatu materi pelajaran dan juga dapat memaksimalkan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar.


Gambar 2 : Bagan Kerangka Pemikiran

F. Hipotesis

Ha = Terdapat hubungan yang signifikan antara penerapan metode pemberian tugas kliping dengan hasil belajar siswa pada konsep pencemaran lingkungan di SMA NU Juntinyuat kabupaten Indramayu.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode Pemberian Tugas (Resitasi)

Sebagaimana kita ketahui, dalam kegiatan belajar mengajar bermacam-macam metode dapat digunakan di dalamnya. Seperti halnya metode pemberian tugas (resitasi).

Metode pemberian tugas adalah metode penyajian bahan, dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa dapat dilaksanakan didalam kelas ataupun diluar kelas seperti laboratorium, perpustakaan ataupun dikerjakan dirumah dengan tujuan merangsang anak untuk aktif belajar, baik secara individu maupun secara kelompok. (Syaiful Bahri Djamrah dan Aswan Zain, 2006:85)

Metode pemberian tugas dapat dilakukan dengan tujuan :

1) Apabila guru mengharapkan agar semua pengetahuan yang telah diterima anak lebih mantap.

2) Untuk mengaktifkan anak-anak mempelajari sendiri suatu masalah dengan mencoba sendiri, mengerjakan soal-soal sendiri dan mencoba sendiri.

3) Agar anak-anak lebih aktif.

(Abu Ahmadi dan Joko Prasetyo, 2005 : 61)

9

Menurut (Sumarna Surapranata, 2004 :11) pemberian tugas dilakukan untuk semua mata pelajaran mulai awal kelas sampai dengan akhir kelas sesuai dengan meteri pelajaran dan perkembangan peserta didik. Pelaksanaan pemberian tugas perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Banyaknya tugas satu mata pelajaran diusahakan agar tidak memberatkan peserta didik, karena peserta didik memerlukan waktu untuk bermain, belajar mata pelajaran lain, bersosialisasi dengan teman, dan lingkungan sosial lainnya;

b. Jenis dan meteri pemberian tugas harus didasarkan kepada tujuan pemberian tugas yaitu untuk melatih peserta didik menerapkan atau menggunakan hasil pembelajarannya dan memperkaya wawasan pengetahuannya. Materi tugas dipilih yang esensial sehingga peserta didik dapat mengembangkan keterampilan hidup yang sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, perkembangan dan lingkungannya;

c. Diupayakan pemberian tugas dapat mengembangkan kreativitas dan rasa tanggung jawab serta kemandirian.

a. Langkah-langkah Dalam Penggunaan Metode Pemberian Tugas

1. Fase Pemberian Tugas

Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan hal-hal berikut :

- Tujuan yang akan dicapai

- Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut

- Sesuai dengan kemampuan siswa

- Ada petunjuk / sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa

- Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut

2. Langkah Pelaksanaan Tugas

Dalam pelaksanaan tugas, beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :

- Diberikan bimbingan / pengawasan oleh guru

- Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja

- Diusahakan / dikerjakan oleh siswa sendiri tidak menyuruh orang lain

- Dianjurkan agar siswa mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik

3. Fase Mempertanggungjawabkan Tugas

Ada beberapa hal yang harus dilakukan dalam fase ini, yaitu :

- Laporan siswa baik lisan / tertulis dari apa yang telah dikerjakannya

- Ada tanya jawab / diskusi kelas

- Penilaian hasil pekerjaan siswa, baik dengan tes maupun non tes atau cara lainnya.

Fase ini sering disebut dengan "resitasi".

b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pemberian Tugas

1. Kelebihan Metode Pemberian Tugas

a Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual atau kelompok.

b Dapat mengembangkan kemandirian siswa diluar pengawasan guru.

c Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa

d Dapat mengembangkan kreativitas siswa

e Mengisi waktu luang yang konstruktif

f Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala tugas pekerjaan sebab dalam metode ini anak-anak harus mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang telah dikerjakan

g Membiasakan anak untuk giat belajar

h Memberikan tugas anak yang bersifat praktis, umpamanya membuat laporan tentang peribadatan di daerah masing-masing, kehidupan sosial dan sebagainya.

2. Kekurangan Metode Pemberian Tugas

a. Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas atau orang lain.

b. Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik.

c. Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa.

d. Sering memberikan tugas yang monoton (tidak bervariasi) dapat menimbulkan kebosanan siswa.

e. Seringkali anak-anak tidak mengerjakan tugas dengan baik, cukup menyalin hasil pekerjaan temannya.

f. Apabila tugas itu terlalu banyak atau terlalu berat, akan mengganggu keseimbangan mental anak.

(Rustiyah N.K. , 1997 : 61-62)

B. Kliping

Kliping berasal dari kata "clip" yang berarti potongan. Pada umumnya kliping merupakan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan beberapa berita atau artikel yang didapat dari media cetak seperti koran atau majalah yang kemudian digunting dan ditempelkan pada selembar helai kertas dengan ukuran dan format tertentu. Namun dalam hal ini membuat kliping bukan sekedar menggunting dan menempel artikel, yang kemudian jadi. Akan tetapi dalam pembuatan kliping terdapat trik-trik khusus agar kliping tersebut rapih dan bersih. Adapun langkah-langkah dalam pembuatan kliping sebagai berikut:

a. Menyiapkan peralatan untuk membuat kliping, seperti : lem, gunting, kertas folio, pulpen dan pembolong kertas.

b. Menentukan artikel yang akan digunting.

c. Menggunting artikel tersebut dengan hati-hati, sehingga tulisan yang ada dalam artikel tidak terpotong.

d. Menulis sumber, tanggal, halaman kemudian menentukan kelas artikel tersebut.

(http://www.kalyanamitra.co.id/kalyanamedia/113/pustakaria 2. htm)

Dalam pembuatan kliping, tidak hanya memperhatikan langkah-langkah pembuatannya saja, namun juga ada beberapa tips untuk menghasilkan karya kliping yang bagus. Adapun tips tersebut diantaranya yaitu :

a. Menempelkan kliping pada kertas yang mempunyai ketebalan sedang. Kertas yang terlalu tipis dapat menyebabkan lembaran kilping mudah rusak. Sedangkan penggunaan kertas yang terlalu tebal dapat membuat ukuran kliping menjadi tebal dan memakan tempat penyimpanan.

b. Menggunakan lem yang cepat kering dan sedikit mengandung kadar air agar tidak merusak dan menimbulkan bercak-bercak pada potongan berita / artikel yang hendak ditempelkan.

c. Memberikan jarak tepi (margin) secukupnya terutama margin sebelah kiri agar kumpulan kliping tersebut dapat dijilid dengan mudah.

d. Menyusun kliping menurut tanggal terbit isinya atau bisa juga disusun berdasarkan kelompok kategori berita kliping.

e. Memberikan sampul dan sekaligus daftar isi yang jelas agar memudahkan pengguna kliping tersebut.

f. Lebih bagus lagi jika lembaran kliping diberi catatan seperti sumber, tanggal terbit, keterangan halaman atau catatan keterangan lain.

Berdasarkan pemaparan diatas, membuat kliping tidak lepas dari pemanfaatan media yang digunakan untuk mendapatkan suatu informasi atau berita, yang biasa dikenal dalam dunia pendidikan dengan istilah media pembelajaran.

Rahardjo (1991) menyatakan bahwa media memiliki arti yang terbatas yaitu sebagai alat bantu pembelajaran. Hal ini berarti media sebagai alat bantu yang digunakan oleh guru untuk tujuan tertentu, diantaranya :

- Memberi motivasi belajar peserta didik

- Memperjelas pesan pengajaran

- Memberi tekanan pada bagian-bagian yang penting

- Memberi variasi pengajaran

- Memperjelas struktur pengajaran

Dalam pembuatan kliping siswa dituntut untuk mencari bahan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan, yang diperoleh dari beberapa sumber seperti koran, majalah, artikel ataupun internet. Dengan demikian siswa sendiri lebih aktif dalam belajar, bukan lagi guru yang aktif mentransfer pengetahuan, tetapi hanya menciptakan kondisi belajar dan merencanakan jalannya pembelajaran dengan materi yang sesuai dan representatif serta realistik bagi siswa. Sehingga siswa memperoleh pengalaman belajar yang optimal.

C. Hasil Belajar

Belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya. Setiap kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam dirinya. Sebagai suatu hasil dari pada belajar, karena hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Menurut Suharsimi Arikunto (1990 : 23), Hasil belajar seseorang dapat berupa pengetahuan, keterampilan serta sikap.

Untuk mengetahui bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filosofinya. Namun untuk menyamakan persepsi, sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain "Suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila Tujuan Instruksional Khusus (TIK) tersebut dapat dicapai". (Moh. Uzer Usman, Lilis Setiawati, 1993 : 7). Untuk mengetahui tercapai tidaknya TIK, guru perlu mengadakan tes formatif setiap selesai menyajikan satu satuan bahasan kepada siswa.

  1. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan yang dijadikan tolak ukur dalam menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, berdasarkan ketentuan kurikulum yang disempurnakan yang saat ini digunakan adalah :

· Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok.

· Prilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran / Instruksional khusus (TIK) telah dicapai siswa baik individu maupun klasikal.

Demikian dua macam tolak ukur yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan tingkat keberhasilan proses belajar mengajar, namun yang sering digunakan dari keduanya ialah daya serap siswa terhadap pelajaran.

  1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Dalam belajar banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Secara garis besar faktor-faktor tersebut dibedakan atas dua jenis yaitu yang bersumber dari dalam diri manusia yang belajar, yang biasa disebut faktor inernal dan faktor yang berasal dari luar diri manusia, yang biasa disebut faktor eksternal.

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri manusia. Dalam hal ini diklasifikasikan menjadi dua, yakni faktor Biologis dan faktor psikologis.

a. Faktor Biologis

Adapun faktor Biologis meliputi beberapa hal antara lain usia, kematangan dan kesehatan.

b. Faktor Psikologis

Faktor psikologis meliputi kelelahan, suasana hati, motivasi, minat dan kebiasaan belajar.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar manusia yang belajar, dalam hal ini dapat diklasifikasikan menjadi dua juga, yakni faktor manusia (human) dan faktor non manusia.

a. Faktor Manusia

Faktor manusia meliputi suatu keadaan dikeluarga, di sekolah ataupun di masyarakat.

b. Faktor Non Manusia

Faktor non manusia meliputi alam benda, hewan dan lingkungan fisik.

Faktor-faktor tersebut diatas secara ringkas dapat digambarkan dalam bagan seperti dibawah ini:

Tabel 1

Faktor-faktor Pengaruh Prestasi Belajar

Prestasi Belajar








Faktor Internal

Faktor Eksternal

Biologis : - Usia

- Kematangan

- Kesehatan

Manusia : - Di Keluarga

- Di Sekolah

- Di Masyarakat

Psikologis : - Minat

- Motivasi

- Suasana hati

Non Manusia : - Udara

- Suara

- Bau-bauan

(Suharsimi Arikunto, 1990 : 20-21)

D. Hubungan Penerapan Metode Pemberian Tugas Kliping Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Pencemaran Lingkungan

Proses belajar pada dasarnya dapat diartikan sebagai suatu perubahan yang berarti bahwa seseorang yang telah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik dalam aspek pengetahuannya, keterampilannya maupun sikapnya. Perubahan tingkah laku dalam aspek pengetahuan ialah dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari bodoh menjadi pintar. Dalam aspek keterampilan ialah dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak terampil menjadi terampil. Dalam aspek sikap ialah dari ragu-ragu menjadi yakin, dari tidak sopan menjadi sopan, dari kurang ajar menjadi terpelajar. Semua hal tersebut merupakan salah satu kriteria keberhasilan belajar yang diantaranya ditandai oleh terjadinya perubahan tingkah laku pada diri individu yang belajar.

Belajar merupakan suatu proses yang akan berlangsung karena adanya komunikasi yang ditandai dengan adanya interaksi antara komponen pembelajaran, yaitu pengirim pesan (guru), komponen penerima pesan (siswa) dan komponen pesan itu sendiri yang berupa materi pelajaran (Sanjaya, 2007 : 160). Selain komponen-komponen yang tersebut diatas, menurut Nana Sudjana (2002 : 28), Proses belajar tidak lepas dari empat komponen, yaitu tujuan, bahan, metode dan alat, serta penilaian.

Dalam proses belajar mengajar, seringkali terjadi kegagalan komunikasi, yaitu seringkali materi pelajaran atau pesan yang disampaikan oleh guru kurang atau bahkan tidak dapat diterima oleh siswa secara maksimal. Artinya tidak semua materi pelajaran dapat dipahami dengan baik oleh peserta didik. Untuk menghindari semua itu, maka dalam hal ini guru harus dapat mengatasinya dengan menggunakan atau menyusun strategi pembelajaran, agar hasil belajar siswa lebih maksimal.

Untuk lebih mamaksimalkan hasil belajar siswa, guru memiliki peranan yang cukup penting dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu guru harus pandai menggunakan strategi dalam penyampaian materi pelajaran saat proses pembelajaran berlangsung. Salah satu hal yang penting yang harus diperhatikan oleh guru adalah dalam penggunaan metode yang tepat dalam proses belajar mengajar.

Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetyo (2005 : 52), mangatakan bahwa salah satu hambatan yang menonjol dalam pelaksanaan pendidikan ialah masalah metode mengajar. Oleh karena itu peneliti mencoba menerapkan metode pemberian tugas kliping, yakni dengan memanfaatkan koran, majalah serta memanfaatkan waktu luang untuk mencari sebuah berita atau informasi yang pastinya berkaitan langsung dengan materi pelajaran yang diajarkan di kelas.

Dengan demikian diharapkan dapat membantu dalam penyampaian materi dari guru kepada siswa dengan mudah dapat dipahami. Sehingga siswa dapat dengan sendirinya memahami materi tersebut serta dengan mudah menerima dan mengolah pesan tersebut dan meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Dengan adanya peningkatan kognitif (pengetahuan) yang dimiliki siswa, maka hasil belajar siswa akan lebih maksimal, karena kemampuan kognitif merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran.

Dalam pembuatan kliping siswa dituntut langsung untuk mencari beberapa informasi ataupun berita yang berkaitan langsung dengan konsep yang dipelajarinya dari berbagai sumber seperti koran, majalah, atau media yang lainnya . Dengan demikian berkaitan langsung dengan penggunaan media. Media memiliki fungsi yang jelas, yaitu memperjelas, memudahkan dan membuat menarik pesan kurikulum yang akan di sampaikan oleh guru kepada peserta didik, sehingga dapat memotivasi siswa dalam belajarnya dan mengefesiensikan proses belajar. Dari berbagai ragam dan bentuk dari media pembelajaran, pengelompokan atas media dan sumber belajar dapat ditinjau dari jenisnya, yaitu dibedakan menjadi media audio, visual, audio-visual dan media serba aneka. Dalam hal ini kliping termasuk kedalam media visual.

Raharjo (1991) menyatakan, hasil penelitian menunjukan bahwa kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan mudah bila dibantu dengan sarana visual, dimana 11% dari yang dipelajari terjadi lewat indra pendengaran, sedangkan 83 % lewat indra penglihatan. Disamping itu dikemukakan bahwa kita hanya dapat mengingat 20 % dari apa yang kita dengar, namun dapat mengingat 50 % dari apa yang dilihat dan didengar.

E. KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN

Pencemaran menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup No 02/MENKLH/1988, adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam air/udara, dan/atau berubahnya tatanan (komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.

a. Perubahan Lingkungan

Perubahan lingkungan merupakan perubahan keadaan suatu lingkungan karena adanya interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya. Manusia sebagai makhluk hidup selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi tersebut dapat mengakibatkan terjadinya keseimbangan ekologi, seperti kesrusakan tanah, pencemaran lingkungan, hilangnya satu populasi dan sebagainya. Keadaan seperti ini diperparah oleh eksploitasi sumber daya alam untuk menunjang kehidupan manusia. Adanya rantai yang putus dalam daur Biologi atau daur materi dapat menyebabkan perubahan lingkungan, perubahan lingkungan dapat terjadi karena faktor alam dan manusia.

Gambar 3 : Perubahan Lingkungan Akibat Pencemaran Udara

1. Faktor Alam

Faktor alam yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan antara lain seperti gunung meletus, gempa bumi, angin topan, kemarau panjang, banjir dan kebakaran hutan. Manusia sebagai makhluk hidup hanya bisa mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh faktor alam.

2. Faktor Manusia

Kegiatan manusia dapat menghasilkan limbah, baik limbah rumah tangga, pertanian, pasar, rumah sakit maupun pabrik atau industri yang akan merusak lingkungan.

Manusia memanfaatkan lingkungan untuk berbagai keperluan, misalnya untuk memperoleh bahan makanan, pakaian, perumahan dan obat-obatan. Akan tetapi dalam pemanfaatannya manusia seringkali menyebabkan lingkungan tersebut terganggu atau bahkan rusak. Kerusakan lingkungan itu dapat disebabkan oleh pemanfaatan yang melebihi daya dukung atau karena penggunaan bahan berbahaya seperti bahan peledak untuk menangkap ikan.

Penggunaan teknologi cipataan manusia juga turut andil terhadap kerusakan lingkungan. Pembangunan yang pesat dibidang ekonomi disatu sisi akan meningkatkan kualitas hidup manusia, yaitu dengan meningkatnya pendapatan masyarakat, namun disisi lain akan berakibat pada penurunan kesehatan akibat pencemaran yang berasal dari industri dan rumah tangga.

b. Keseimbangan Lingkungan

Lingkungan yang seimbang memiliki daya lenting dan daya dukung yang tinggi. Keseimbangan lingkungan ini ditentukan oleh keseimbangan energi yang masuk dan energi yang digunakan, keseimbangan bahan makanan yang terbentuk dengan yang digunakan, serta seimbangnya faktor-faktor abiotik dengan faktor-faktor biotik. Gangguan yang ditimbulkan dari salah satu faktor dapat mengganggu keseimbangan lingkungan.

1. Daya Lenting dan Daya Dukung Lingkungan

Ekosistem (sistem lingkungan) dapat tumbuh dan berkembang hingga mencapai klimaks dan mencapai keseimbangan lingkungan. Sistem lingkungan memiliki daya lenting yakni daya untuk pulih kembali ke keadaan seimbang. Selain itu sistem lingkungan juga memiliki daya dukung yakni kemampuan lingkungan untuk dapat memenuhi kebutuhan sejumlah makhluk hidup agar dapat tumbuh dan berkembang secara wajar didalamnya.

2. Pengaruh Kegiatan Manusia Terhadap Daya Lenting dan Daya Dukung Lingkungan

Manusia selalu berusaha meningkatkan daya dukung lingkungannya, terutama terhadap lingkungan buatan. Namun perlu diingat, kemampuan (kapasitas) lingkungan terbatas. Daya dukung lingkungan tidak mungkin terus menerus ditingkatkan tanpa batas.

Upaya meningkatkan daya dukung lingkungan terkait dengan perubahan populasi manusia. Sejak abad ke-1 hingga abad ke-17 masehi, jumlah penduduk bumi diperkirakan tetap, yaitu 0,5 miliar jiwa. Jadi kurang lebih selama 16 abad, jumlah penduduk bumi tetap sama. Ini merupakan suatu bukti adanya keseimbangan antara populasi manusia dengan lingkungannya.

Jumlah penduduk yang terus menerus bertambah akan mengakibatkan sumber daya alam akan semakin banyak diambil dari lingkungan, sehingga sumber daya alam akan semakin berkurang, karena kebutuhan dasar manusia seperti makanan, sandang dan perumahan terus bartambah besar.

Ledakan populasi manusia dan industri dapat digambarkan sebagai berikut:

Disebabkan Oleh

mengakibatkan

Yang akan

sehingga

Gambar 4: Dampak Ledakan Populasi Manusia Dan Industri

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memicu industrialisasi. Untuk memenuhi kebutuhan populasi yang terus meningkat, harus diproduksi bahan-bahan kebutuhan dalam jumlah besar melalui industri. Akibatnya adalah sebagai berikut :

a. Sumber daya alam yang diambil dari lingkungan semakin besar, baik macam maupun jumlahnya.

b. Industri mengeluarkan limbah yang mencemari lingkungan.

c. Populasi manusia juga mengeluarkan limbah, yaitu limbah rumah tangga dan limbah manusia yang mencemari lingkungan.

d. Muncul bahan-bahan sintetik, seperti insektisida dan obat-obatan yang dapat maracuni lingkungan.

Semua itu berpengaruh pada daya lenting dan daya dukung lingkungan. Daya lenting lingkungan semakin kecil, artinya waktu yang digunakan lingkungan untuk pulih kembali semakin lama. Kerusakan lingkungan menyebabkan daya dukung lingkungan menjadi semakin kecil, artinya lingkungan tidak mampu lagi menyediakan kebutuhan hidup organisme yang ada di dalamnya. Ini disebabkan kapasitas (kemampuan) lingkungan ada batasnya.

c. Pencemaran Lingkungan

Pencemaran atau polusi dapat timbul akibat kegiatan manusia atau oleh alam (misalnya gunung meletus). Berbagai aktivitas manusia hampir selalu menghasilkan limbah. Masuknya limbah kedalam lingkungan berpotensi mencemari udara, perairan dan tanah. Pencemaran tidak dapat dihindari, tetapi dapat dikurangi dan dikendalikan.

Lingkungan dikatakan tercemar apabila kemasukan bahan pencemar yang dapat mengakibatkan gangguan pada makhluk hidup yang ada didalamnya. Gangguan akibat pencemaran ada yang segera tampak akibatnya, seperti menyebabkan kelumpuhan, kerusakan organ tubuh dan kematian. Akan tetapi ada pula dampak pencemaran yang baru dapat dirasakan oleh keturunannya, seperti cacat badan, kelainan genetic, kanker dan kerusakan organ tubuh.

Penyebaran bahan pencemar dapat digambarkan sebagai berikut :




Air Sungai / Laut Tanah Udara Air











Alga Air Tanah Angin Tanah




















Ikan kecil Sumur / Mata air Awan Tumbuhan









Ikan besar Hujan asam




Manusia

Gambar 5: Penyebaran bahan Pencemar di Lingkungan

Yang Akhirnya Berdampak Negatif Bagi Manusia

1. Penyebaran Bahan Pencemar

Bahan pencemar (polutan) tidak diam di satu tempat, tetapi dapat menyebar bahkan dapat melampaui batas negara dan benua. Polutan dapat tersebar mengikuti jaring-jaring makanan atau daur biogeokimia. Dampak dari polutan dapat dirasakan secara langsung atau muncul setelah waktu lama ditempat itu atau ditempat lain yang terlewati pencemar.

2. Jenis Pencemaran Lingkungan

a. Pencemaran Udara

Pencemaran udara disebabkan oleh asap buangan seperti gas CO2 hasil pembakaran, debu, SO2, senyawa hidrokarbon (CH4, C4H10) dan sebagainya

Gambar 6 : Pencemaran Udara Akibat Hasil Co2 Hasil Pembekaran

1. CO2

Pencemaran udara yang paling menonjol adalah semakin meningkatnya kadar CO2 di udara. Karbondioksida berasal dari pabrik, mesin yang menggunakan bahan bakar fosil (batu bara, minyak bumi), juga dari mobil, kapal, pesawat terbang dan pembakaran kayu.

2. SO dan SO2

Gas belerang oksida (SO, SO2) diudara juga dihasilkan oleh bahan bakar fosil (Minyak, batubara). Gas ini dapat bereaksi dengan gas nitrogen oksida dan uap air di atmosfer, yang menyebabkan air hujan menjadi asam.

3. CFC

Pencemar udara yang berbahaya lainnya adalah gas klorofluorokarbon (CFC). Gas ini digunakan sebagai gas pengembang karena tidak bereaksi, tidak berbau dan tidak berasa. CFC banyak digunakan untuk mengembangkan busa, AC (Freon), pendingin lemari es dan semprot rambut (hair spray). CFC menyebabkan lubang ozon diatmosfer.

4. CO (Karbon monoksida)

Proses pembakaran dimesin yang tidak sempurna akan menghasilkan gas CO (karbon monoksida). Jika mesin mobil dihidupkan didalam garasi tertutup, orang yang ada digarasi dapat meninggal akibat menghirup gas CO.

5. Asap Rokok

Pencemaran udara lain yang berbahaya bagi kesehatan adalah asap rokok. Asap rokok mengandung barbagai bahan peracun yang dapat menyebabkan batuk kronis, kanker, paru-paru dan mempengaruhi janin dalam kandungan. Perokok dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perokok aktif dan perokok pasif. Menurut para ahli (kesehatan), perokok pasif memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan perokok aktif.

Gambar 7 : Pencemaran Udara Akibat Asap Rokok

b. Pencemaran Air

Pencemaran air dapat terjadi baik pada air sumur, sumber mata air, sungai, bendungan maupun air laut. Pencemaran didaerah hulu dapat menimbulkan dampak didaerah hilir. Dampak dari pencemaran air yang sangat menonjol adalah punahnya biota air, misalnya ikan, yuyu, udang dan serangga air. Dampak lain adalah banjir akibat got tersumbat sampah, diikuti dengan menjalarnya wabah muntaber.

Gambar 8 : Pencemaran Air Akibat Pembuangan Sampah

Gambar 10 : Pencemaran Air Akibat Pembuangan Limbah


Pen

Pencemaran air dapat disebabkan oleh beberapa sumber pencemaran, diantaranya sebagai berikut :

1. Limbah Pertanian

Limbah pertanian dapat mengandung polutan insektisida atau pupuk organik. Insektisida dapat mematikan biota sungai. Pupuk organik yang larut dalam air dapat menyebabkan pengayaan nutrient dalam air (eutrofikasi). Akibat air yang kaya nutrien alga dan tumbuhan air tumbuh subur (blooming). Melimpahnya tumbuhan air menyebabkan banyak yang tidak termakan oleh konsumen, tumbuhan-tumbuhan air akhirnya mati dan mengendap didasar perairan, sehingga mengakibatkan pendangkalan yang akan mengancam kelestarian perairan.

Gambar 11 : Pencemaran Tanah Akibat Penggunaan Pestisida

2. Limbah Rumah Tangga

Limbah rumah tangga dapat berupa berbagai bahan organik (misalnya sisa sayur, ikan, nasi, minyak, lemak, air buangan manusia), atau bahan anorganik seperti plastik, aluminium dan botol yang hanyut terbawa arus air. Sampah yang tertimbun menyumbat saluran air dan mengakibatkan banjir. Bahan pencemar lain dari limbah rumah tangga adalah pencemar Biologi seperti bibit penyakit, bakteri dan jamur.

3. Limbah Industri

Limbah industri bisa berupa polutan organik yang berbau busuk, polutan organik yang berbuih dan berwarna, polutan yang mengandung asam belerang berbau busuk dan polutan berupa cairan panas. Kebocoran tanker minyak dapat menyebabkan minyak menggenangi lautan dalam jarak sampai ratusan kilometer.

4. Penangkapan Ikan Menggunakan Racun

Banyak orang yang menggunakan tuba (racun dari tumbuhan), potas (racun kimia) atau aliran listrik untuk menangkap ikan. Akibatnya yang mati tidak hanya ikan tangkapan, melainkan juga biota air lainnya, yang akan merugikan lingkungan dan kelestarian biota air.

Pengukuran Pencemaran

1. Pengukuran Pencemaran Air

Pencemaran air dapat ditentukan dengan pengukuran secara kimia dan secara Biologi.

a. Pengukuran Pencemaran Air Secara Kimia

1. Pengukuran BOD (Biological Oxygen Demand)

2. Pengukuran pH air

3. Pengukuran kadar CO2

b. Pengukuran Pencemaran Air Secara Biologi

Pengukuran ini dengan menggunakan hewan air sebagai petunjuknya (indikator) karena hewan air memiliki kepekaan yang berbeda terhadap bahan pencemar. Kehadiran dan ketidakhadiran hewan-hewan tersebut dapat dijadikan petunjuk tingkat pencemaran air.

c. Pencemaran Tanah

Pencemaran tanah banyak diakibatkan oleh sampah organik dan anorganik yang berasal dari limbah rumah tangga, pasar, industri, kegiatan pertanian peternakan dan sebagainya. Sampah organik dapat dihancurkan oleh jasad renik menjadi mineral, gas dan air sehingga membentuk humus. Sedangkan sampah anorganik seperti besi, aluminium, kaca dan bahan sintetik seperti plastik sulit atau tidak dapat diuraikan. Bungkus plastik yang dibuang kelingkungan akan tetap ada selama ratusan tahun kemudian.

Gambar 12: Pencemaran Tanah Akibat Pembuangan Sampah

Gambar 13: Pencemaran Tanah Akibat Kebocoran Tong Yang Dipendam Di Bawah Tanah

d. Pencemaran Suara

Pencemaran suara disebabkan oleh bunyi diatas 50 disibel (disingkat DB, ukuran tingkat kebisingan). Suara bising dapat ditimbulkan oleh suara mesin industri, mobil, sepeda motor, kereta api, pesawat terbang serta bunyi-bunyian yang lainnya. Suara bising dapat menyebabkan gangguan tidur, pendengaran, kejiwaan dan dapat pula menimbulkan penyakit jantung, gangguan janin dalam kandungan dan juga stress.

d. Dampak Pencemaran Lingkungan

Kerusakan lingkungan dan pencemaran akan menyebabkan dampak yang buruk, berupa dampak pencemaran lingkungan, diantaranya sebagai berikut :

1. Punahnya Spesies

Polutan dapat meracuni berbagai jenis hewan, bahkan mematikannya. Berbagai spesies hewan memiliki kekebalan yang berbeda terhadap polutan. Ada yang peka dan ada pula yang tahan. Namun meskipun ada beberapa hewan yang mampu beradaptasi, harus diketahui bahwa tingkat adaptasi hewan ada batasnya.

2. Ledakan Hama

Penggunaan insektisida dapat pula mematikan serangga predator. Oleh karena itu predator akan punah maka serangga hama akan terus berkembang tanpa kendali. Insektisida juga dapat mengakibatkan beberapa spesies serangga menjadi kebal (resisten). Untuk memberantasnya diperlukan dosis obat yang lebih tinggi dari biasanya. Akibatnya pencemaran akan semakin meningkat.

3. Gangguan keseimbangan lingkungan

Punahnya spesies tertentu dapat mengubah pola interaksi didalam ekosistem, rantai makanan, jaring-jaring makanan dan aliran energi.

4. Kesuburan Tanah Berkurang

Penggunaan pupuk yang terus menerus dapat mengakibatkan tanah menjadi asam. Hal ini menyebabkan kesuburan tanah menjadi menurun.

5. Keracunan dan Penyakit

Orang yang mengonsumsi makanan yang tercemar dapat mengakibatkan keracunan. Akibatnya orang tersebut akan mengalami kerusakan hati, ginjal, dan kerusakan susunan saraf yang akan mengakibatkan cacat pada keturunannya.

6. Pemekatan Hayati

Bahan pencemar memasuki lingkungan melewati rantai makanan dan jaring-jaring makanan. Bahan beracun yang dibuang ke perairan dapat meresap kedalam tubuh alga, selanjutnya alga akan dimakan oleh udang kecil, kemudian udang kecil akan dimakan oleh ikan. Jika ikan ditangkap manusia kemudian dimakan, bahan pencemar akan masuk kedalam tubuh manusia.

7. Terbentuk Lubang Ozon

Terbentuknya lubang ozon merupakan salah satu permasalahan global. Hal ini disebabkan bahan pencemar dapat tersebar dan menimbulkan dampak ditempat lain. Gas CFC, misalnya dari Freon dan spray yang membumbung tinggi dapat mencapai stratosfer yang merupakan pelindung bumi dari cahaya ultraviolet. Jika gas tersebut mencapai lapisan ozon akan terjadi reaksi, sehingga lapisan ozon akan berlubang dan radiasi ultraviolet mencapai permukaan bumi dan akan menyebabkan kematian organisme, tumbuhan menjadi kerdil, alga di lautan mati, terjadi mutasi genetik, kanker kulit dan kanker retina mata.

8. Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca disebabkan oleh gas CO2 yang dihasilkan dari proses pembakaran yang meningkatkan kadar CO2 di atmosfer. Akibatnya bumi diselimuti oleh gas-gas dan debu-debu pencemar. Kandungan gas CO2 semakin tinggi karena banyaknya hutan yang ditebang, sehingga tidak dapat menyerap CO2. Oleh karenanya cahaya matahari yang masuk ke bumi tidak dapat dipantulkan lagi ke angkasa karena terperangkap oleh gas-gas dan debu pencemar. Bumi seolah-olah diselubungi kaca (gas pencemar) yang merangkap panas. Akibatnya suhu bumi semakin meningkat dan terjadi pemanasan global.

e. Pengelolaan Lingkungan

Pengelolaan dilakukan dengan tujuan untuk melestarikan lingkungan.Pengelolaan lingkunan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Penanggulangan Secara Administratif

Penanggulangan secara administrative dapat dilakukan dengan cara pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mencegah pencemaran dan terjadinya eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan, seperti halnya sebelum membangun pabrik atau melakukan proyek pihak pengembang mengharuskan melakukan analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal).

2. Penanggulangan Secara Teknologis

Setiap industri diharapkan memiliki unit pengelola limbah, misalnya pengelola limbah cair untuk mengolah limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan.Jika pengolahannya menggunakan mikroba, maka disebut pengolahan secara Biologis yaitu dengan bakteri pengurai limbah.

3. Penanggulangan Secara Edukatif/Pendidikan

Penanggulangan secara edukatif diadakan melalui pendidikan sekolah dan penyuluhan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kelestarian lingkungan.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA NU Juntinyuat, tepatnya di Jl. Hasyim Asy’ari No. 1/1 Segeran Kidul Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu. Adapun batas wilayah nya sebagai berikut :

Utara : Tanah Adat

Selatan : Jalan Raya Kabupaten

Timur : Tanah Adat

Barat : Jalan desa

Jumlah siswa di SMA NU Juntinyuat tahun ajaran 2008/2009 sebanyak 499 siswa yang tersebar di 14 kelas, yaitu kelas X ada 5 kelas, kelas XI 5 kelas, dan kelas XII ada 4 kelas.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan selama 2 (dua) bulan mulai tanggal 6 mei s/d 6 juli 2009 pada semester genap tahun ajaran 2008/2009.

B. Kondisi Umum Pembelajaran di SMA NU Juntinyuat Kabupaten Indramayu

37

SMA NU Juntinyuat Kabupaten Indramayu bertempatkan di desa Segeran Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu. Kondisi sekolah masih dalam keadaan baik, fasilitas yang tersedia sudah cukup memadai untuk proses belajar-mengajar, seperti tersedianya laboratorium Biologi dan kimia, fisika, bahasa dan juga komputer. Meskipun demikian permasalahan dalam pengajaran masih tetap ada seperti rasa jenuh dan bosan yang seringkali dirasakan oleh siswa, sehingga proses belajar-mengajar yang berlangsung kurang efektif. Banyak faktor yang mempengaruhi permasalahan tersebut, salah satunya yaitu cara penyampain atau metode yang digunakan dalam penyampaian materi yang kurang tepat dan juga tidak bervariasi.

Untuk menyikapi masalah tersebut akan dilakukan penelitian penerapan metode pemberian tugas kliping pada pembelajaran Biologi. Dengan adanya penerapan metode pemberian tugas kliping ini diharapkan terjadi perubahan hasil belajar yang maksimal pada siswa, terutama dalam pembelajaran Biologi pada konsep pencemaran lingkungan.

C. Langkah-langkah Pelaksanaan Penelitian

1. Sumber Data

a. Teoritik

Sumber data teoritik diperoleh dari buku-buku yang relevan, jurnal, internet dan yang lainnya.

b. Empirik

Sumber data yang diperoleh dengan observasi langsung dari objek penelitian, dalam hal ini yaitu di SMA NU Juntinyuat Kabupaten Indramayu.

2. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi yaitu sekumpulan individu dengan karakteristik khas yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian (Soemantri dan Muhidin, 2006 : 61). Seluruh populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa SMA NU Juntinyuat Kabupaten Indramayu.,yang berjumlah 499 terdiri dari kelas X sebanyak 156, kelas XI sebanyak 180, dan kelas XII sebanyak 163 siswa.

b. Sampel

Sampel adalah bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya. (Soemantri dan Muhidin, 2006 : 63). Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu teknik penentuan sample berdasarkan pertimbangan tertentu.. Adapun pengambilan kelas X dikarenakan konsep pencemaran lingkungan diajarkan dikelas X semester II. Kemudian berdasarkan pertimbangan tertentu pula dipilih kelas X.1 sebanyak 30 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas X.3 sebanyak 27 siswa sebagai kelas kontrol.

Tabel 2

Sampel Penelitian

No

Kelas

Jenis Kelamin

Jumlah

Laki-laki

Perempuan

1

2

X.1 (Eksperimen)

X.3 (Kontrol)

15

15

15

12

30

27

Jumlah

30

27

57

Sumber data : Kantor TU SMA NU Juntinyuat kabupaten Indramayu

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Teknik Pengumpulan Data Yang Digunakan Dalam Penelitian Ini Adalah:

1. Tes yang digunakan berupa pre-test dan post-test sebagai alat ukur tingkat pemahaman materi Biologi yang dikuasai siswa dengan menghadirkan soal-soal Biologi konsep pencemaran lingkungan

2. Angket yang diberikan pada sampel eksperimen untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran Biologi dengan penerapan metode pemberian tugas (resitasi) kliping pada konsep pencemaran lingkungan.

b. Desain Penelitian

Adapun penelitian ini menggunakan desain kontrol group pre-test – post-test (Suharsimi Arikunto, 2000 : 79) dengan pola sebagai berikut :

Dimana :

E = Kelompok Eksperimen

K = Kelompok Kontrol

O1 = Pemberian pre-test

O2 = Pemberian post-test

X1 = Perlakuan terhadap kelompok eksperimen yaitu pembelajaran dengan metode pemberian tugas (resitasi)

X2 = Perlakuan terhadap kelompok kontrol yaitu pembelajaran konvensional.

c. Prosedur Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian dibutuhkannya suatu prosedur penelitian, agar penelitian dapat berlangsung secara sistemetis. Adapun prosedur dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan merupakan langkah awal bagi peneliti untuk mengetahui permasalahan yang ada di sekolah, studi pendahuluan ini meliputi studi teoritik dan studi empirik.

2. Penyusunan Instrumen

Penyusunan instrumen dilakukan sebelum instrumen tersebut digunakan dalam penelitian, maka dilakukan uji instrumen terlebih dahulu untuk mengetahui kelayakan instrument tersebut untuk digunakan dalam penelitian. Adapun instrument yang digunakan berbentuk tes dan angket.

3. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah dilakukannya uji instrument, yaitu yang berbentuk tes formatif dalam bentuk pilihan ganda. Tes formatif diberikan kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen sebagai pre test. Kemudian tes formatif juga diberikan kepada kelas eksperimen setelah akhir pembelajaran dengan menggunakan metode pemberian tugas kliping untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa pada konsep pencemaran lingkungan. Angket diberikan pada kelas eksperimen untuk mengetahui respon siswa terhadap penggunaan metode pemberian tugas kliping yang diterapkan pada bidang studi Biologi konsep pencemaran lingkungan.

4. Analisis Data

Analisis data digunakan untuk mengetahui normal tidaknya data tersebut dengan menggunakan uji normalitas. Untuk mengetahui homogen tidaknya data tersebut menggunakan uji homogenitas dan untuk mengetahui ada hubungan yang signifikan atau tidak antar variable penelitian menggunakan uji korelasi, sehingga dihasilkan temuan.

5. Penarikan Kesimpulan

Setelah adanya analisis data, maka langkah selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan untuk mencari sebuah temuan.

6. Penyusunan Laporan

Penyusunan laporan merupakan langkah akhir yang dilakukan dalam suatu penelitian.

d. Alur Penelitian

Gambar 14 : Bagan Alur Penelitian

4. Teknik Pengolahan Data

a. Pengujian Instrumen

Sebelum instrumen digunakan , terlebih dahulu diuji cobakan. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui tentang terpenuhi atau tidaknya syarat-ayarat instrument sebagai pengumpul data yang baik dan dapat digunakan dalam penelitian. Berikut ini cara untuk menentukan tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas dan reliabilitas.

1. Tingkat Kesukaran

Tingkat kedukaran digunakan setelah melakukan ujicoba instrumen guna untuk mengetahui atau mengidentifikasi soal-soal mana yang sukar, sangat sukar, sedang, mudah, dan sangat mudah. Sehingga dapat diketahui tingkat kesukaran untuk masing-masing item soal.

Sumarna Surapranata ( 2004: 11) mengatakan bahwa tingkat kesukaran sangatlah penting untuk melihat kesukaran soal dalam rangka menyediakan berbagai macam alat diagnostik kesulitan belajar peserta didik ataupun dalam rangka meningkatkan penilaian berbasis kelas. Persamaan yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran dengan proporsi jawaban benar adalah sebagai berikut :

(Karno To, 1996:11)

Keterangan :

TK = indeks tingkat kesukaran satu butir soal tertentu

BA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas

BB = jumlah jawaban benar pada kelompok bawah

NA = jumlah siswa pada kelompok atas

NA = jumlah siswa pada kelompok bawah

Kriteria Untuk Tingkat Kesukaran :

0% - 15% = sangat sukar

16% - 30% = sukar

31% - 70% = sedang

70% - 85% = mudah

86% - 100% = sangat mudah

2. Daya Pembeda

Daya pembeda digunakan setelah melakukan uji coba instrumen guna untuk mengetahui soal-soal mana yang kurang baik atau buruk serta yang layak untuk digunakan.

Sumara Surapranata, (2004: 23) mendefinisikan bahwa Indeks Daya Pembeda adalah indeks yang digunakan dalam membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dan peserta tes yang berkemampuan rendah.

Dalam menghitung daya pembeda digunakan rumus :

(Karno To, 1996:10)

Keterangan :

DP = indeks daya pembeda satu butir soal tertentu

BA = jumlah jawaban benar pada kelompok atas

BB = jumlah jawaban benar pada kelompok bawah

NA = jumlah siswa pada salah satu kelompok atas atau bawah)

Kriteria Untuk Daya Pembeda :

Negative – 9% = sangat buruk, harus dibuang

10% - 10% = buruk, sebaiknya dibuang

20% - 29% = agak baik, kemungkinan perlu direvisi

30% - 49% = baik

50% - keatas = sangat baik

3. Uji Validitas

Setelah mengukur tingkat kesukaran dan daya pembeda, kemudian dilanjutkan dengan uji validitas.

Uji validitas digunakan untuk mengetahui bagaimana test tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya di ukur. Pada penelitian ini validitas test tersebut mampu mengukur materi pelajaran yang telah diberikan dengan perubahan-perubahan perilaku tanpa keluar dari batasan tujuan pengukuran.

(Syaifuddin Anwar, 2003 : 173)

Penentuan validitas dapat ditentukan dengan rumus :

Dimana rxy = koefisien korelasi antara variable x dan variabel y yang dikorelasikan.

( Suharsimi Arikunto, 2007 : 69)

Besarnya koefisien korelasi dapat dikategorikan sebagai berikut:

Antara 0, 80 sampai dengan 1, 00 = sangat tinggi

Antara 0, 60 sampai dengan 0, 80 = tinggi

Antara 0, 40 sampai dengan 0, 60 = cukup

Antara 0, 20 sampai dengan 0, 40 = rendah

Antara 0, 00 sampai dengan 0, 20 = sangat rendah

4. Uji Reliabilitas

Setelah nilai validitas diketahui, kemudian dilanjutkan dengan uji reliabilitas.

Reliabilitas suatu tes merupakan derajat ketetapan dalam mendapatkan data yang di berikan pada kesempatan berbeda atau tes paralel pada waktu yang sama.

(Suharsimi Arikunto, 2007 : 179)

Pengujian reliabilitas tes di tentukan dengan rumus :

rtt = Koefisien Reliabilitas Test

rgg = Koefisien korelasi Ganjil Genap

Berdasarkan besarnya korelasi dapat dikategorikan sebagai berikut:

Antara 0, 80 sampai dengan 1, 00 = sangat tinggi

Antara 0, 60 sampai dengan 0, 80 = tinggi

Antara 0, 40 sampai dengan 0, 60 = cukup

Antara 0, 20 sampai dengan 0, 40 = rendah

Antara 0, 00 sampai dengan 0, 20 = sangat rendah

(Karno To, 1996:7)

b. Teknik Analisis Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal tidaknya suatu distribusi data. Uji kenormalan dapat dilakukan dengan menggunakan (SPSS Versi 12.0).

2. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel satu dengan lainnya memiliki persamaan atau tidak. Untuk menguji tingkat homogenitas dengan menggunakan (SPSS Versi12.0).

3. Uji Korelasi

Uji korelasi digunakan untuk mencari bukti terdapat tidaknya hubungan (korelasi) antar variabel dan bila sudah ada hubungan, untuk melihat besar kecilnya hubungan antar variabel serta untuk memperoleh kejelasan dan kepastian apakah hubungan tersebut berarti (signifikan) atau tidak berarti (tidak signifikan). Untuk uji korelasi menggunakan (SPSS Versi 12.0).

4. Indeks Gain

Indeks gain dipergunakan untuk memperoleh nilai gain yang netral, hal ini untuk menghilangkan anggapan bahwa nilai gain yang terbesar menunjukkan hasil belajar yang paling baik. Adapun rumus indeks gain yang dipergunakan adalah sebagai berikut :

(Meltzer, 2008)

5. Uji t

Uji t atau uji signifikansi koefisien korelasi digunakan untuk menguji apakah hubungan yang terjadi itu berlaku untuk populasi (dapat digeneralisasi). Uji t dapat dilakukan dengan menggunakan (SPSS Versi 12.0)


Jika distribusi data gain tes tidak normal dan tidak homogen, maka pengujian dilakukan dengan menggunakan uji Rata-rata dan Mann Whitney, dengan asumsi sebagai berikut:

1. Kedua sampel berukuran n dan m harus independen dipilih secara acak dari populasi masing – masing.

2. Kedua populasi mempunyai bentuk sama (meskipun lokasi rata-rata mungkin berbeda.

3. Variabel diukur dalam skala ordinal

4. Variabel penelitian bersifat kontinu

(Bhisma Murti, 1996: 81)

Adapun rumus uji Rata-rata dan Mann-Whitney sebagai berikut:

Rumus uji Mann-Whitney

Adapun pengujian dengan SPSS 12 for Windows caranya sebagai berikut:

a. Uji Rata-rata

1. Klik Menu Analyze | Nonparametric Test

2. Pilih K Independent Samples

3. Pilih Rata-rata pada Test Type

4. Masukan data Uji

5. Definisikan grup

6. Klik Continue

7. Klik Ok

(Wahana Komputer, 2000:134 – 135)

b. Uji Mann Whitney

1. Buka lembar kerja SPSS

2. Klik Varibel View

3. Klik Name dan atur karakter

4. Klik Analyze

5. Klik Nonparametric Test

6. Klik 2 Independent Samples hingga muncul kotak Two-Independent-Sample Test.

7. Masukan data uji dan tentukan grup

8. Klik Ok

(Bhuwono A.Nugroho, 2005:118 -119)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Perbedaan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Pencemaran Lingkungan Dengan Menerapkan Metode Pemberian Tugas Kliping Pada Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol.

Tabel 3

Deskripsi Statistik Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Dari hasil uji statistik deskriptif pada gain kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan SPSS V.12 didapatkan nilai minimum untuk gain kelas eksperimen 11,00, nilai maksimumnya 83,00, nilai rata-ratanya 47,60, dan standar deviasinya 20,58. Sedangkan untuk gain kelas kontrol didapatkan nilai minimum 8,00 nilai maksimumnya 62,00, nilai rata-ratanya 31,33, dan standar deviasinya 14,61.

52

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar siswa pada konsep pencemaran lingkungan dengan menerapkan metode pemberian tugas kliping pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dilakukan uji perbedaan. Tapi sebelum uji perbedaan dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas dua varians untuk mengetahui apakah data gain tersebut memenuhi syarat untuk dianalisis lebih lanjut atau tidak. Berikut ini adalah hasil normalitas gain kelas eksperimen dan kelas kontrol:

Tabel 4

Uji Normalitas Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Hipotesis :

Ho = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Ha = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal

Kriteria pengujian:

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitasnya atau Sig. <>

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitasnya atau Sig. > 0,05 data normal

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan SPSS V.12 diperoleh nilai Sig. gain kelas eksperiman baik dengan uji Shapiro-Wilk (Uji Liliefors) atau Kolmogorov-Smirnov. Diperoleh masing – masing (0,305 dan 0,200). Sedangkan pada gain kelas kontrol diperoleh masing-masing (0,630 dan 0,200). Pada gain kelas eksperimen dan gain kelas kontrol nilai signifikansinya berada diatas 0,05 berarti berdistribusi normal.

Kenormalan data juga dapat dilihat pada kurva yang berbentuk seperti lonceng dan Q-Q plots yang semua titiknya berkumpul disekitar garis kenormalan.

Gambar 15 : Q-Q Plot Kenormalan Data

Gambar 16 : Kurva Kenormalan Data

Setelah dilakukan uji normalitas pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dilanjutkan dengan uji homogenitas gain kedua kelas yaitu antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, berikut ini adalah hasil analisisnya :

Tabel 5

Uji Homogenitas Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Hipotesis :

Ho = Tidak ada perbedaan varians antara kedua kelas sampel (homogen)

Ha = Ada perbedaan varians antara kedua kelas sampel (tidak homogen)

Kriteria pengujian:

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitasnya atau Sig. <>

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitasnya atau Sig. > 0,05 data homogen

Berdasarkan hasil uji homogenitas diketahui bahwa nilai Sig. gain kelas eksperimen dan kelas kontrol semuanya berada dibawah 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya data berdistribusi tidak homogen.

Setelah data gain dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas dua varians pada kelas eksperimen dan kontrol, maka selanjutnya data di analisis dengan uji perbedaan yakni untuk melihat perbedaan hasil belajar siswa pada konsep pencemaran lingkungan dengan menerapkan metode pemberian tugas kliping pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

Karena data gain kelas eksperimen dan gain kelas kontrol keduanya berdistribusi normal, dan keduanya berdistribusi tidak homogen, maka untuk pengujian hipotesisnya menggunakan statistik non-parametris (Non-Parametric Statistic), sehingga dalam pengujian SPSS V.12 menggunakan Uji Mann-Whitney (Z) untuk menentukan hubungan dari dua variable tersebut. Berikut ini adalah hasil analisisnya :

Tabel 6

Uji Mann-Whitney Tes Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

N Par Tests

Mann-Whitney Test

Hipotesis :

Ho = Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada konsep pencemaran lingkungan dengan menerapkan metode pemberian tugas kliping pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

Ha =Terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada konsep pencemaran lingkungan dengan menerapkan metode pemberian tugas kliping pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

Kriteria pengujian:

Jika nilai Asymp. signifikansi atau Asymp. Sig. > 0,05 maka Ho diterima

Jika nilai Asymp. signifikansi atau Asymp. Sig. <>

Dari tabel Mann-Whitney Test kita ketahui bahwa diperoleh nilai Asymp. signifikansi adalah 0,003. Jika kita bandingkan, maka nilainya akan lebih kecil dari 0,05 (0,003 <>hasil belajar siswa pada konsep pencemaran lingkungan dengan menerapkan metode pemberian tugas kliping pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. hal ini mengindikasikan bahwa treatmen (perlakuan) yang diberikan terhadap kelas eksperimen memiliki pengaruh yang signifikan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep pencemaran lingkungan .

B. Hubungan Penerapan Metode Pemberian Tugas Kliping Dengan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Pencemaran Lingkungan.

Tabel 7

Uji Normalitas Gain Kelas Eksperimen dan Angket

Hipotesis :

Ho = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Ha = Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal

Kriteria pengujian:

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitasnya atau Sig. <>

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitasnya atau Sig. > 0,05 data normal

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan SPSS V.12 diperoleh nilai Sig. gain kelas eksperiman baik dengan uji Shapiro-Wilk (Uji Liliefors) atau Kolmogorov-Smirnov. Diperoleh masing – masing (0,305 dan 0,200). Sedangkan pada nilai angket diperoleh masing-masing (0,071 dan 0,146) Pada gain kelas eksperimen dan nilai angket nilai signifikansinya berada diatas 0,05 berarti berdistribusi normal.

Kenormalan data juga dapat dilihat pada Q-Q plots yang semua titiknya berkumpul disekitar garis kenormalan.

Gambar 17 : Q-Q Plot Kenormalan Data

Setelah dilakukan uji normalitas pada gain hasil belajar kelas eksperimen dan nilai angket dilanjutkan dengan uji homogenitas dua variabel yaitu antara gain hasil belajar kelas eksperimen dan nilai angket, berikut ini adalah hasil analisisnya :

Tabel 8

Uji Homogenitas Gain Kelas Eksperimen dan Angket

Hipotesis :

Ho = Tidak ada perbedaan varians antara kedua kelas sampel (homogen)

Ha = Ada perbedaan varians antara kedua kelas sampel (tidak homogen)

Kriteria pengujian:

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitasnya atau Sig. <>

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitasnya atau Sig. > 0,05 data homogen

Berdasarkan hasil uji homogenitas diketahui bahwa nilai Sig. gain kelas eksperimen dan nilai angket semuanya berada dibawah nilai 0,05. maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya data berdistribusi tidak homogen.

Setelah data gain dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas dua varians pada gain hasil belajar kelas eksperimen dan nilai angket, maka selanjutnya data di analisis dengan uji korelasi yakni untuk melihat seberapa besar hubungan penerapan metode pemberian tugas kliping dengan hasil belajar siswa pada konsep pencemaran lingkungan

Karena data gain hasil belajar kelas eksperimen dan nilai angket keduanya berdistribusi normal, tetapi keduanya berdistribusi tidak homogen, maka untuk pengujian korelasinya menggunakan statistik korelasi non-parametris (Non-Parametric Correlations Statistic), sehingga dalam pengujian SPSS V.12 menggunakan Uji Spearman (r) untuk menentukan hubungan dari dua variabel tersebut. Berikut ini adalah hasil analisisnya :

Tabel 9

Uji Korelasi Non Parametrik Gain Kelas Eksperimen dan Angket

Nonparametric Correlations

Hipotesis :

Ho = Tidak ada hubungan penerapan metode pemberian tugas kliping dengan hasil belajar siswa pada konsep pencemaran lingkungan (tidak ada korelasi)

Ha = Ada hubungan penerapan metode pemberian tugas kliping dengan hasil belajar siswa pada konsep pencemaran lingkungan (ada korelasi)

Kriteria pengujian:

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitasnya atau Sig. <>

Jika nilai signifikansi atau nilai probabilitasnya atau Sig. > 0,05 data tidak ada hubungan yang berarti (tidak ada korelasi).

Dalam memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” Product Moment (rxy), pada umumnya digunakan pedoman atau ancar-ancar sebagai berikut:

Tabel 10

Indeks Korelasi “r” Product Moment (rxy)

Besarnya “r” Produc Moment (rxy)

Interpretasi

0,00-0,20

Antara Variabel X dan Variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan Y).

0,20-0,40

Anatara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah

0,40-0,70

Anatara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukupan.

0,70-0,90

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi

0,90-1,00

Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.

(Anas Sudijono, 2006: 193)

Dari hasil uji statistik korelasi non-parametrik diatas, kita ketahui bahwa nilai signifikansi untuk uji spearman adalah 0,009. kalau kita bandingkan, maka nilainya akan lebih kecil dari 0,05, jadi Ha diterima, hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan penerapan metode pemberian tugas kliping dengan hasil belajar siswa pada konsep pencemaran lingkungan (ada korelasi), dan untuk nilai koefesien korelasinya (r) adalah 0,470. Berdasarkan pedoman diatas, maka nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,470 masuk dalam kategori sedang atau cukup, yang artinya ada hubunganyang cukup antara penerapan metode pemberian tugas kliping dengan hasil belajar siswa pada konsep pencemaran lingkungan.

C. Tanggapan Siswa Terhadap Metode Pemberian Tugas Kliping Pada Konsep Pencemaran Dalam PBM.

Untuk memperoleh data tentang penerapan metode pemberian tugas kliping pada konsep pencemaran lingkungan, penulis melakukan penyebaran angket kepada 30 siswa yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Adapun jumlah pertanyaan yang diajukan sebanyaak 20 item yang dikembangkan dari indikator-indikator angket.

Selanjutnya indikator-indikator tersebut dijadikan pedoman untuk mengetahui hubungan antara penerapan metode pemberian tugas kliping pada konsep pencemaran lingkungan dengan hasil belajar siswa. Untuk lebih jelasnya, data-data tersebut disusun dalam bentuk tabel sebagai berikut :

No item 1 menjelaskan tentang penerapan metode pemberian tugas kliping dapat menambah wawasan / pengetahuan siswa pada konsep pencemaran lingkungan. Dari pernyataan tersebut menghasilkan jawaban sebagai berikut :

Tabel 11

Penerapan Metode Pemberian Tugas Kliping Dapat Menambah Wawasan / Pengetahuan Siswa Pada Konsep Pencemaran Lingkungan

No Item Angket

Alternatif Jawaban

F

%

1

Sangat setuju (SS)

Setuju (S)

Kurang Setuju (KS)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

14

16

0

0

0

46.7

53.3

0

0

0

Jumlah

30

100

Keterangan : F = frekuensi respon siswa trhadap metode tugas kliping

% = presentase respon siswa trhadap metode tugas kliping

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju 53.3% dengan pernyataan tersebut. Sebagian lainnya menyatakan sangat setuju 46.7%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode pemberian tugas kliping dapat menambah wawasan / pengetahuan siswa pada konsep pencemaran lingkungan. Hal ini dapat dilihat pada table dengan banyaknya responden yang menyatakan setuju dengan peerolehan 53.3% dan sangat setuju 46.7%.

No item 2 menjelaskan tentang panerapan metode pemberian tugas kliping membuat siswa lebih sulit untuk memahami konsep pencemaran lingkungan. Pernyataan tersebut merupakan pernyataan negatif. Dari pernyataan tersebut menghasilkan jawaban sebagai berikut :

Tabel 12

Penerapan Metode Pemberian Tugas Kliping Membuat Siswa Lebih Sulit Untuk Memahami Konsep Pencemaran Lingkungan

No Item Angket

Alternatif Jawaban

F

%

2

Sangat setuju (SS)

Setuju (S)

Kurang Setuju (KS)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

0

4

16

10

0

0

13.3

53.3

33.3

0

Jumlah

30

100

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden menyatakan kurang setuju 53.3%, tidak setuju 33.3% terhadap pernyataan negative tersebut. Sebagian responden lainnya menyatakan setuju 13.3%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode pemberian tugas kliping tidak membuat siswa menjadi sulit dalam mempelajari konsep pencemaran lingkungan. Hal ini dapat dilihat pada table dengan banyaknya responden yang menyatakan kurang setuju dengan perolehan 53.3% dan tidak setuju 33.3%.

No item 3 menjelaskan tentang motivasi belajar siswa dengan penerapan metode pemberian tugas kliping pada konsep pencemaran lingkungan. Dari pernyataan tersebut manghasilkan jawaban sebagai berikut :

Tabel 13

Motivasi Belajar Siswa Dengan Penerapan Metode Pemberian Tugas Kliping Pada Konsep Pencemaran Lingkungan

No Item Angket

Alternatif Jawaban

F

%

3

Sangat setuju (SS)

Setuju (S)

Kurang Setuju (KS)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

10

18

2

0

0

33.3

60

6.7

0

0

Jumlah

30

100

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian responden menyatakan setuju 60% dan sangat setuju 33.3% terhadap pernyataan tersebut. Sebagian responden lainnya menyatakan kurang setuju 6.7%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode pemberian tugas kliping dapat memotovasi siswa untuk mempelajari konsep pencemaran lingkungan secara mendalam. Hal ini dapat dilihat pada tabel dengan banyaknya responden yang menyatakan setuju dengan perolehan 60%.

No item 4 menjelaskan tentang efektifitas penerapan metode pemberian tugas kliping dalam pembelajaran pada konsep pencemaran lingkungan. Dari pernyataan tersebut menghasilkan jawaban sebagai berikut :

Tabel 14

Efektifitas Penerapan Metode Pemberian Tugas Kliping Dalam Pembelajaran Pada Konsep Pencemaran Lingkungan

No Item Angket

Alternatif Jawaban

F

%

4

Sangat setuju (SS)

Setuju (S)

Kurang Setuju (KS)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

10

16

4

0

0

33.3

53.3

13.3

0

0

Jumlah

30

100

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian responden menyatakan setuju 53.3% dan sangat setuju 33.3% terhadap pernyataan tersebut. Sebagian responden lainnya menyatakan kurang setuju 13.3%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode pemberian tugas kliping lebih efektif daripada tugas lain. Hal ini dapat dilihat pada tabel dengan banyaknya responden yang menyatakan setuju dengan perolehan 53.3%.

No item 5 menjelaskan tentang perasaan senang siswa dengan Penerapan metode pemberian tugas kliping pada konsep pencemaran lingkungan. Dari pernyataan tersebut menghasilkan jawaban sebagai berikut :

Tabel 15

Perasaan Senang Siswa Dengan Penerapan Metode Pemberian Tugas Kliping Pada Konsep Pencemaran Lingkungan

No Item Angket

Alternatif Jawaban

F

%

5

Sangat setuju (SS)

Setuju (S)

Kurang Setuju (KS)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

6

8

14

2

0

20

26.7

46.7

6.7

0

Jumlah

30

100

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian responden menyatakan kurtang setuju 46.7% terhadap pernyataan tersebut. Sebagian responden lainnya menyatakan setuju 26.7%, sangat setuju 20%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode pemberian tugas kliping pada konsep pencemaran lingkungan kurang memberikan rasa senang pada siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat pada tabel dengan banyaknya responden yang menyatakan kurang setuju dengan perolehan 46.7%.

No item 6 menjelaskan tentang penerapan metode pemberian tugas kliping pada konsep pencemaran lingkugan dapat menjadikan siswa untuk belajar sendiri diluar kelas. Dari pernyataan tersebut menghasilkan jawaban sebagai berikut :

Tabel 16

Penerapan Metode Pemberian Tugas Kliping Pada Konsep Pencemaran Lingkugan Dapat Menjadikan Siswa Untuk Belajar Sendiri Diluar Kelas

No Item Angket

Alternatif Jawaban

F

%

6

Sangat setuju (SS)

Setuju (S)

Kurang Setuju (KS)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

9

20

1

0

0

30

66.7

3.3

0

0

Jumlah

30

100

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian responden menyatakan setuju 66.7% terhadap pernyataan tersebut. Sebagian responden lainnya menyatakan sangat setuju 30%, kurang setuju 3.3%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode pemberian tugas kliping pada konsep pencemaran lingkungan membantu siswa untuk belajar sendiri diluar kelas. Hal ini dapat dilihat pada tabel dengan banyaknya responden yang menyatakan setuju dengan perolehan 66.7%.

No item 7 menjelaskan tentang keseriusan siswa dalam belajar konsep pencemaran lingkungan dengan menggunakan Penerapan metode pemberian tugas kliping. Dari pernyataan tersebut menghasilkan jawaban sebagai berikut:

Tabel 17

Tentang Keseriusan Siswa Dalam Belajar Konsep Pencemaran Lingkungan Dengan Menggunakan Penerapan Metode Pemberian Tugas Kliping

No Item Angket

Alternatif Jawaban

F

%

7

Sangat setuju (SS)

Setuju (S)

Kurang Setuju (KS)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

8

18

4

0

0

26.7

60

13.3

0

0

Jumlah

30

100

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian responden menyatakan setuju 60% terhadap pernyataan tersebut. Sebagian responden lainnya menyatakan sangat setuju 26.7%, kurang setuju 13.3%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode pemberian tugas kliping dapat menambah keseriusan siswa dalam memahami konsep pencemaran lingkungan. Hal ini dapat dilihat pada tabel dengan banyaknya responden yang menyatakan setuju dengan perolehan 60%.

No item 8 menjelaskan tentang penerapan metode pemberian tugas kliping tidak memberi penjelasan pada konsep pencemaran lingkungan. Pernyataan ini merupakan pernyataan negatif. Dari pernyataan tersebut menghasilkan jawaban sebagai berikut :

Tabel 18

Penerapan Metode Pemberian Tugas Kliping Tidak Memberi Penjelasan Pada Konsep Pencemaran Lingkungan

No Item Angket

Alternatif Jawaban

F

%

8

Sangat setuju (SS)

Setuju (S)

Kurang Setuju (KS)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

0

7

17

4

2

0

23.3

56.7

13.3

6.7

Jumlah

30

100

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian responden menyatakan kurang setuju56.7% terhadap pernyataan negatif tersebut. Sebagian responden lainnya menyatakan setuju 23.3%, tidak setuju 13.3% dan sangat tidak setuju 6.7%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode pemberian tugas kliping dapat memberikan penjelasan yang lebih pada konsep pencemaran lingkungan. Hal ini dapat dilihat pada tabel dengan banyaknya responden yang menyatakan kurang setuju terhadap pernyataan negatif dengan perolehan 56.7%.

No item 9 menjelaskan tentang Penerapan metode pemberian tugas kliping dapat mengefektifkan waktu belajar pada konsep pencemaran lingkungan. Dari pernyataan tersebut menghasilkan jawaban sebagai berikut :

Tabel 19

Penerapan Metode Pemberian Tugas Kliping Dapat Mengefektifkan Waktu Belajar Pada Konsep Pencemaran Lingkungan

No Item Angket

Alternatif Jawaban

F

%

9

Sangat setuju (SS)

Setuju (S)

Kurang Setuju (KS)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

6

18

5

1

0

20

60

16.7

3.3

0

Jumlah

30

100

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju 60%, sangat setuju 20% terhadap pernyataan tersebut. Sebagian responden lainnya menyatakan kurang setuju 16.7%, tidak setuju 3.3.3%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode pemberian tugas kliping pada konsep pencemaran lingkungan dapat mengefektifkan waktu belajar. Hal ini dapat dilihat pada tabel dengan banyaknya responden yang menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut dengan perolehan 60%.

No item 9 menjelaskan tentang Penerapan metode pemberian tugas kliping dapat menggabungkan antara teori dengan keadaan nyata yang ada dilingkungan. Dari pernyataan tersebut menghasilkan jawaban sebagai berikut :

Tabel 20

Penerapan Metode Pemberian Tugas Kliping Dapat Menggabungkan Antara Teori Dengan Keadaan Nyata Yang Ada Dilingkungan

No Item Angket

Alternatif Jawaban

F

%

10

Sangat setuju (SS)

Setuju (S)

Kurang Setuju (KS)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

9

18

3

0

0

30

60

10

0

0

Jumlah

30

100

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju 60%, sangat setuju 30% terhadap pernyataan tersebut. Sebagian responden lainnya menyatakan kurang setuju 10%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode pemberian tugas kliping pada konsep pencemaran lingkungan dapat menyatukan teori dengan keadan nyata yang ada dilingkungan/kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat pada tabel dengan banyaknya responden yang menyatakan setuju terhadap pernyataan tersebut dengan perolehan 60%.

No item 11 menjelaskan tentang Penerapan metode pemberian tugas kliping membantu siswa dalam mempelajari konsep pencemaran lingkungan. Dari pernyataan tersebut menghasilkan jawaban sebagai berikut :

Tabel 21

Penerapan Metode Pemberian Tugas Kliping Membantu Siswa Dalam Mempelajari Konsep Pencemaran Lingkungan

No Item Angket

Alternatif Jawaban

F

%

11

Sangat setuju (SS)

Setuju (S)

Kurang Setuju (KS)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

15

15

0

0

0

50

50

0

0

0

Jumlah

30

100

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden menyatakan sangat setuju 50%, setuju 50%, terhadap pernyataan tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode pemberian tugas kliping pada konsep pencemaran lingkungan dapat membantu siswa dalam mempelajari konsep pencemaran lingkungan. Hal ini dapat dilihat pada tabel dengan banyaknya responden yang menyatakan sangat setuju dan setuju dengan masing-masing perolehan 50% terhadap pernyataan tersebut

No item 12 menjelaskan tentang Sikap siswa dengan adanya Penerapan metode pemberian tugas kliping pada konsep pencemaran lingkungan. Dari pernyataan tersebut menghasilkan jawaban sebagai berikut :

Tabel 22

Penerapan Metode Pemberian Tugas Kliping Membantu Siswa Dalam Mempelajari Konsep Pencemaran Lingkungan

No Item Angket

Alternatif Jawaban

F

%

12

Sangat setuju (SS)

Setuju (S)

Kurang Setuju (KS)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

12

10

8

0

0

40

33,3

26,7

0

0

Jumlah

30

100

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden menyatakan sangat setuju 40%, setuju 33,3%. Dan sebagian responden lainnya menyatakan kurang setuju 26,7 % terhadap pernyataan tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode pemberian tugas kliping pada konsep pencemaran lingkungan dapat membantu siswa untuk lebih tertarik dalam mempelajari konsep pencemaran lingkungan. Hal ini dapat dilihat pada tabel dengan banyaknya responden yang menyatakan sangat setuju dengan perolehan 40% terhadap pernyataan tersebut.

No item 13 menjelaskan tentang Penerapan metode pemberian tugas kliping dapat menggali ide-ide siswa dalam pembelajaran pada konsep pencemaran lingkungan. Dari pernyataan tersebut menghasilkan jawaban sebagai berikut :

Tabel 23

Penerapan Metode Pemberian Tugas Kliping Membantu Siswa Dalam Mempelajari Konsep Pencemaran Lingkungan

No Item Angket

Alternatif Jawaban

F

%

13

Sangat setuju (SS)

Setuju (S)

Kurang Setuju (KS)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

9

18

3

0

0

30

60

10

0

0

Jumlah

30

100

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden menyatakan sangat setuju 30%, setuju 60%. Dan sebagian responden lainnya menyatakan kurang setuju 10 % terhadap pernyataan tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode pemberian tugas kliping pada konsep pencemaran lingkungan dapat membantu siswa menggali ide-ide baru. Hal ini dapat dilihat pada tabel dengan banyaknya responden yang menyatakan sangat setuju dengan perolehan 30%, dan setuju 60% terhadap pernyataan tersebut.

No item 14 menjelaskan tentang Penerapan metode pemberian tugas kliping dapat memberikan gambaran dalam mempelajari konsep pencemaran lingkungan. Dari pernyataan tersebut menghasilkan jawaban sebagai berikut :

Tabel 24

Penerapan Metode Pemberian Tugas Kliping Membantu Siswa Dalam Mempelajari Konsep Pencemaran Lingkungan

No Item Angket

Alternatif Jawaban

F

%

14

Sangat setuju (SS)

Setuju (S)

Kurang Setuju (KS)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

6

21

3

0

0

20

70

10

0

0

Jumlah

30

100

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden menyatakan sangat setuju 20%, setuju 70%. Dan sebagian responden lainnya menyatakan kurang setuju 10 % terhadap pernyataan tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode pemberian tugas kliping pada konsep pencemaran lingkungan dapat menggambarkan pemahaman terhadap kondep pencemaran lingkungan. Hal ini dapat dilihat pada tabel dengan banyaknya responden yang menyatakan sangat setuju dengan perolehan 20%, dan setuju 70% terhadap pernyataan tersebut.

No item 15 menjelaskan tentang Penerapan metode pemberian tugas kliping tidak dapat memberikan manfaat dalam pembelajaran konsep pencemaran lingkungan. Pernyataan ini merupakan pernyataan negatif. Dari pernyataan tersebut menghasilkan jawaban sebagai berikut :

Tabel 25

Penerapan Metode Pemberian Tugas Kliping Tidak Memberi Penjelasan Pada Konsep Pencemaran Lingkungan

No Item Angket

Alternatif Jawaban

F

%

15

Sangat setuju (SS)

Setuju (S)

Kurang Setuju (KS)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

0

0

6

20

4

0

0

20

66,7

13,3

Jumlah

30

100

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian responden menyatakan tidak setuju 66,7% terhadap pernyataan negatif tersebut. Sebagian responden lainnya menyatakan kurang setuju 20%, sangat tidak setuju 13.3%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode pemberian tugas kliping dapat memberikan manfaat dalam mempelajari konsep pencemaran lingkungan. Hal ini dapat dilihat pada tabel dengan banyaknya responden yang menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan negatif dengan perolehan 66.7%.

No item 16 menjelaskan tentang penerapan metode pemberian tugas kliping tidak memberikan gambaran dalam mempelajari konsep pencemaran lingkungan. Pernyataan ini merupakan pernyataan negatif. Dari pernyataan tersebut menghasilkan jawaban sebagai berikut :

Tabel 26

Penerapan Metode Pemberian Tugas Kliping Tidak Memberikan Gambaran Dalam Mempelajari Konsep Pencemaran Lingkungan

No Item Angket

Alternatif Jawaban

F

%

1

Sangat setuju (SS)

Setuju (S)

Kurang Setuju (KS)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

1

0

8

17

4

3,3

0

26,7

56,7

13,3

Jumlah

30

100

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian responden menyatakan tidak setuju 56,7% terhadap pernyataan negatif tersebut. Sebagian responden lainnya menyatakan kurang setuju 26,7%, sangat tidak setuju 13.3% dan sangat setuju 3,3%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode pemberian tugas kliping menggambarkan pemahaman terhadap konsep pencemaran. Hal ini dapat dilihat pada tabel dengan banyaknya responden yang menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan negatif dengan perolehan 56.7%.

No item 17 menjelaskan tentang Pemahaman siswa pada konsep pencemarn lingkungan dengan adanya metod pemberian metode tugas kliping. Dari pernyataan tersebut menghasilkan jawaban sebagai berikut :

Tabel 27

Pemahaman Siswa Pada Konsep Pencemarn Lingkungan Dengan Adanya Metod Pemberian Metode Tugas Kliping

No Item Angket

Alternatif Jawaban

F

%

17

Sangat setuju (SS)

Setuju (S)

Kurang Setuju (KS)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

4

17

9

0

0

13,3

56,7

30

0

0

Jumlah

30

100

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden menyatakan sangat setuju 13,3%, setuju 56,7%. Dan sebagian responden lainnya menyatakan kurang setuju 30 % terhadap pernyataan tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode pemberian tugas kliping pada konsep pencemaran lingkungan dapat membantu siswa untuk lebih mengerti dalam mempelajari konsep pencemaran lingkungan. Hal ini dapat dilihat pada tabel dengan banyaknya responden yang menyatakan setuju dengan perolehan 56,7% terhadap pernyataan tersebut.

No item 18 menjelaskan tentang Tidak adanya pemahaman siswa pada konep pencemaran lingkungan dengan metode pemberian tugas kliping. Pernyataan ini merupakan pernyataan negatif. Dari pernyataan tersebut menghasilkan jawaban sebagai berikut :

Tabel 28

Tidak Adanya Pemahaman Siswa Pada Konep Pencemaran Lingkungan Dengan Metode Pemberian Tugas Kliping

No Item Angket

Alternatif Jawaban

F

%

18

Sangat setuju (SS)

Setuju (S)

Kurang Setuju (KS)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

0

2

9

13

6

0

6,7

30

43,3

20

Jumlah

30

100

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian responden menyatakan tidak setuju 43,3% terhadap pernyataan negatif tersebut. Sebagian responden lainnya menyatakan kurang setuju 30%, sangat tidak setuju 20% dan setuju 6,7%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode pemberian tugas kliping memberi pemahaman terhadap konsep pencemaran lingkungan. Hal ini dapat dilihat pada tabel dengan banyaknya responden yang menyatakan tidak setuju terhadap pernyataan negatif dengan perolehan 43,3%.

No item 19 menjelaskan tentang Hasil belajar siswa pada konsep pencemaran lingkungan dengan Penerapan metode pemberian tugas kliping. Dari pernyataan tersebut menghasilkan jawaban sebagai berikut :

Tabel 29

Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Pencemaran Lingkungan Dengan Penerapan Metode Pemberian Tugas Kliping

No Item Angket

Alternatif Jawaban

F

%

19

Sangat setuju (SS)

Setuju (S)

Kurang Setuju (KS)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

14

15

1

0

0

46,7

50

3,3

0

0

Jumlah

30

100

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden menyatakan sangat setuju 46,7%, setuju 50%. Dan sebagian responden lainnya menyatakan kurang setuju 3,3 % terhadap pernyataan tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode pemberian tugas kliping pada konsep pencemaran lingkungan dapat meningkatkan hasil belajar saya pada konsep pencemaran lingkungan. Hal ini dapat dilihat pada tabel dengan banyaknya responden yang menyatakan setuju dengan perolehan 50% terhadap pernyataan tersebut.

No item 20 menjelaskan tentang Penerapan metode pemberian tugas kliping menimbulkan rasa peduli terhadap lingkungan. Dari pernyataan tersebut menghasilkan jawaban sebagai berikut :

Tabel 30

Penerapan Metode Pemberian Tugas Kliping Menimbulkan Rasa Peduli Terhadap Lingkungan

No Item Angket

Alternatif Jawaban

F

%

20

Sangat setuju (SS)

Setuju (S)

Kurang Setuju (KS)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju (STS)

20

10

0

0

0

66,7

33,3

0

0

0

Jumlah

30

100

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden menyatakan sangat setuju 66,7%, setuju 33,3%.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode pemberian tugas kliping pada konsep pencemaran lingkungan dapat menimbulkan rasa peduli siswa terhadap lingkungan. Hal ini dapat dilihat pada tabel dengan banyaknya responden yang menyatakan sangat setuju dengan perolehan 66,7% terhadap pernyataan tersebut.

Tabel 31

Rekapitulasi Perhitungan Angket Positif Penerapan Metode Pemberian Tugas Kliping

No Item

ALTERTNATIF JAWABAN

SS

S

KS

TS

STS

JUMLAH

1

46,7 %

53,3 %

0 %

0 %

0 %

100 %

3

33,3 %

60 %

6,7 %

0 %

0 %

100 %

4

33,3 %

53,3 %

13,3 %

0 %

0 %

100 %

5

20 %

26,7 %

46,7 %

6,7 %

0 %

100 %

6

30 %

66,7 %

3,3 %

0 %

0 %

100 %

7

26,7 %

60 %

13,3 %

0 %

0 %

100 %

9

20 %

60 %

16,7 %

3,3 %

0 %

100 %

10

30 %

60 %

10 %

0 %

0 %

100 %

11

50 %

50 %

0 %

0 %

0 %

100 %

12

40 %

33,3 %

26,7 %

0 %

0 %

100 %

13

30 %

60 %

10 %

0 %

0 %

100 %

14

20 %

70 %

10 %

0 %

0 %

100 %

17

13,3 %

5,67 %

30 %

0 %

0 %

100 %

19

46,7 %

50 %

3,3 %

0 %

0 %

100 %

20

66,7 %

33,3 %

0 %

0 %

0 %

100 %

Jumlah

507 %

793 %

190 %

10 %

0 %

1500 %

Rata-rata

33,8 %

52,9 %

12,7 %

0,7 %

0 %

100 %

Dari hasil rekapitulasi diatas, rata-rata prosentase jawaban angket positif dapat dijelaskan bahwa jumlah siswa yang menyatakan sangat setuju (33,3 %), siswa yang menyatakan setuju (52,9 %), siswa yang menyatakan kurang setuju (12,7 %), siswa yang menyatakan tidak setuju (0,7 %), dan siswa yang menyatakan sangat tidak setuju (0 %).

Tabel 32

Rekapitulasi Perhitungan Angket Negatif Penerapan Metode Pemberian Tugas Kliping

No Item

ALTERTNATIF JAWABAN

SS

S

KS

TS

STS

JUMLAH

2

0 %

13,3 %

53,3 %

33,3 %

0 %

100 %

8

0 %

23,3 %

56,7 %

13,3 %

6,7 %

100 %

15

0 %

0 %

20 %

66,7 %

13,3 %

100 %

16

3,3 %

0 %

26,7 %

56,7 %

13,3 %

100 %

18

0 %

6,7 %

30 %

43,3 %

20 %

100 %

Jumlah

3,3 %

43,3 %

186,7 %

213,3 %

53,3 %

500 %

Rata-Rata

0,7 %

8,7 %

37,3 %

42,7 %

10,7 %

100 %

Dari hasil rekapitulasi diatas, rata-rata prosentase jawaban angket negatif dapat dijelaskan bahwa jumlah siswa yang menyatakan sangat setuju (3,3 %), siswa yang menyatakan setuju (43,3 %), siswa yang menyatakan kurang setuju (37,3 %), siswa yang menyatakan tidak setuju (42,7 %), dan siswa yang menyatakan sangat tidak setuju (10 %).

Dari hasil rekapitulasi pada angket pernyataan positif dan negatif dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan metode pemberian tugas kliping pada konsep pencemaran lingkungan tergolong baik, karena sebagian besar responden menyatakan setuju (52,9 %) pada angket positif, dan sebagian responden menyatakan tidak setuju (42,7 %) pada angket negatif.

Apabila hasil penelitian tersebut dihubungkan kembali dengan landasan teori yang menyatakan bahawa dalam proses pembelajaran peranan metode sangat penting, karena metode pembelajaran memiliki fungsi untuk meyampaikan informasi berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam mengusai pengetahuan, ketrampilan dan sikap (kognitif, psikomotor dan afektif). disamping itu juga penggunaan metode yang tepat mempunyai nilai atau fungsi untuk mengurangi hambatan-hambatan yang terjadi dalam proses pembelajaran.

Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran harus dapat membangkitakan motivasi, minat atau gairah belajar siswa. (Abu Ahmadi dan Joko Tri Parsetyo, 2005: 52). Hal demikian dapat menyenangkan siswa serta membatu siswa dalam memahami konsep Biologi ketika proses pembelajaran berlangsung, sehingga hasil belajar yang didapat sesuai dengan apa yang diharapkan.

Hal demikan dapat diatasi dengan menerapkan metode pemberian tugas yang berupa kliping. Karena dengan membuat kliping, siswa dengan sendirinya akan belajar, dengan mencari informasi atau berita yang berkaitan dengan materi yang diajarkan agar lebih dipahami dan siswa lebih termotivasi untuk balajar. Dengan demikian diharapakan dapat menghasilkan hasil belajar yang lebih baik.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan metode pemberian tugas kliping pada konsep pencemaran lingkungan dan kelas kontrol di SMA NU Juntinyuat kabupaten Indramayu. Berdasarkan uji Mann-Whitney perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh nilai Asymp. signifikansi adalah 0,003. Jika kita bandingkan, maka nilainya akan lebih kecil dari 0,05 (0,003 <>hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2.

81

Terdapat hubungan yang signifikan antara penerapan metode pemberian tugas kliping dengan hasil belajar siswa pada konsep pencemaran lingkungan di SMA NU Juntinyuat Kabupaten Indramayu. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan uji korelasi dengan menggunakan program SPSS Versi 12.0 dengan nilai signifikansi atau sig = 0,009 (<>

3. Tanggapan siswa terdapat penerapan metode pemberian tugas kliping pada konsep pencemaran lingkungan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil penyebaran angket terhadap penerapan metode pemberian tugas kliping pada konsep pencemaran lingkungan. Hasil prosentase rata-rata jawaban angket yang telah disebarakan pada 30 responden (siswa) tergolong baik, karena sebagian besar responden menyatakan setuju (52,9 %) pada angket positif dan sebagian besar responden menyataklan tidak setuju (42,7 %) pada angket negatif. Sehingga dapat dikatakan bahwa respon siswa terhadap penerapan metode pemberian tugas kliping pada konsep pencemaran lingkungan cukup baik.

B. Saran

1. Seyogyanya penerapan metode pemberian tugas kliping pada konsep pencemaran lingkungan dapat dijadikan sebagai variasi metode dan dapat digunakan pada saat pembelajaran Biolog.

2. Bagi guru, kiranya metode pemberian tugas kliping dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam proses belajar mengajar konsep Biologi selain pencemaran lingkungan untuk membantu siswa dalam memahami konsep dan mendapatkan hasil belajar yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, Joko Tri Prasetyo. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia

Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

1990. Manajemen Pengajaran Secara Manusia. Jakarta : Rineka Cipta

Bisma, Murti. 1996. Penerapan Metode Statistik Non-parametrik Dalam Ilmu-ilmu Kesehatan. Jakarta : Gramedia

Bhuwono, agung Nugroho. 2005. Strategi Jitu Memilih metode Statistik penelitian dengan SPSS. Andi Offset : Yogyakarta

Djamarah, Syaiful Bahri, Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta

http://www.kalyanamitra.or.id/kalyanamedia/1/3/pustakaria2.htm

http://greenchoice.multiply.com/reviews/item/5

http://putracenter.wordpress.com/2009/01/07/pencemaran-udara-dampak-dan-solusinya/

http://indraharsaputra.blogspot.com/2008/04/orang-miskin-minum-air-tercemar.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran_tanah

http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2006/10/3/b20.htm

http://www.chem-is-try.org/?sect=artikel&ext=58

http://mustolihbrs.wordpress.com/227/12/04/multi-media-dalam-pembelajaran

Karno To. 1996. Mengenal Analisis Test. Bandung: IKIP

Meltzer, D.E. 2008. The Relationship Between Mathematict Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostic Pretes Score. http://ojps.ajp.org/ajp/hotml [2/7/2008].

Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: Media Kom

Sanjaya. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group

Sagala, Syaeful. 2006. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta

Sudjana, Nana. 2002. Dasar-dasar proses belajar mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo

Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Sumantri dan Muhidin. 2006. Aplikasi Statistika Dalam Penelitian. Bandung : CV Pustaka Setia

Syamsudin Makmun, Abin. 2002. Psikologi Kependidikan. Bandung : Rosdakarya/ROSDA

Syamsuri, Istamar. 2006. Biologi Untuk SMA Kelas X Semester 2. Jakarta : Erlangga

Usman, Uzer. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT Remaja Rosda Karya

Rostiyah N.K. 1997. Strategi Belajar Mengajar.Bandung : Pustaka Setia

Surapranata, Sumarna. 2004. Panduan Penulisan Tes Tertulis. Bandung : ROSDA

Usman, Uzer, Lilis Setiawati. 1990. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung : Rosda Karya

Wahana komputer. 2000. Pengolahan Data Statistik Dengan SPSS 10.0. Jakarta: Salemba Infotek